Antisipasi Kiamat, Kota Terapung Pertama di Dunia Diciptakan
Liputan6.com
Sulung Lahitani
Diterbitkan : 19/01/2017 13:20
Diperbarui : 19/01/2017 13:55
Diperbarui : 19/01/2017 13:55
Liputan6.com, Jakarta - Naiknya permukaan laut menjadi salah satu ancaman akhir dunia. Kenaikan permukaan air laut tersebut dipicu oleh melelehnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan akibat pemanasan global.
Bagi negara-negara kepulauan, naiknya permukaan air laut tak bisa dianggap remeh. Tidak hanya Indonesia, negara-negara kepulauan di Pasifik pun keberadaannya terancam. Terlebih, dengan ukuran pulau yang relatif kecil dibanding Indonesia.
Untuk itulah, segala cara dicari untuk mengantisipasi 'kiamat' yang satu itu. Salah satu cara menghadapi ancaman tersebut yakni dengan konsep kota terapung.
Rencana untuk kota terapung pertama di dunia telah diresmikan oleh Seasteading Institute. Perusahaan yang berbasis di California ini telah menandatangi kesepakatan dengan pemerintah Polinesia Perancis untuk memulai pembangunannya di Pasifik dalam dua tahun.
Sebagai negara yang memiliki lebih dari 100 pulau kecil, Pemerintah Polinesia Perancis sangat antusias dengan proyek tersebut. Bagi mereka, kota terapung merupakan cara yang inovatif untuk menangani perpindahan di masa depan.
Namun, mereka menentukan dua tujuan proyek sebelum rencana dilanjutkan, yaitu kota terapung harus bermanfaat bagi perekonomian lokal dan ramah lingkungan. Jika terpenuhi, rancangan undang-undang akan disusun tahun depan dan konstruksi diharapkan dimulai pada tahun 2019.
Bagi Seasteading Institute sendiri, desain nantinya akan didasarkan pada kebutuhan masing-masing kota. Fondasi akan dibuat dari beton bertulang dan mampu mendukung bangunan berlantai tiga hingga 100 tahun.
Melansir dariIflscience, Kamis (19/01/2017), satu kota terapung nantinya dapat menampung 250-300 warga. Estimasi biaya untuk kota terapung sendiri diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 167.000.000 atau sekitar Rp 2 triliun.
Sejauh ini, rancangan yang telah diciptakan arsitek dan desainer memperlihatkan bentuk kota yang menjanjikan. Satu kota nantinya terdiri dari beberapa bagian yang terbagi atas beberapa fasilitas, seperti pertanian, kesehatan, pembangkit listrik, dan lain-lain.
Bagi negara-negara kepulauan, naiknya permukaan air laut tak bisa dianggap remeh. Tidak hanya Indonesia, negara-negara kepulauan di Pasifik pun keberadaannya terancam. Terlebih, dengan ukuran pulau yang relatif kecil dibanding Indonesia.
Untuk itulah, segala cara dicari untuk mengantisipasi 'kiamat' yang satu itu. Salah satu cara menghadapi ancaman tersebut yakni dengan konsep kota terapung.
Rencana untuk kota terapung pertama di dunia telah diresmikan oleh Seasteading Institute. Perusahaan yang berbasis di California ini telah menandatangi kesepakatan dengan pemerintah Polinesia Perancis untuk memulai pembangunannya di Pasifik dalam dua tahun.
Sebagai negara yang memiliki lebih dari 100 pulau kecil, Pemerintah Polinesia Perancis sangat antusias dengan proyek tersebut. Bagi mereka, kota terapung merupakan cara yang inovatif untuk menangani perpindahan di masa depan.
Namun, mereka menentukan dua tujuan proyek sebelum rencana dilanjutkan, yaitu kota terapung harus bermanfaat bagi perekonomian lokal dan ramah lingkungan. Jika terpenuhi, rancangan undang-undang akan disusun tahun depan dan konstruksi diharapkan dimulai pada tahun 2019.
Bagi Seasteading Institute sendiri, desain nantinya akan didasarkan pada kebutuhan masing-masing kota. Fondasi akan dibuat dari beton bertulang dan mampu mendukung bangunan berlantai tiga hingga 100 tahun.
Melansir dariIflscience, Kamis (19/01/2017), satu kota terapung nantinya dapat menampung 250-300 warga. Estimasi biaya untuk kota terapung sendiri diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 167.000.000 atau sekitar Rp 2 triliun.
Sejauh ini, rancangan yang telah diciptakan arsitek dan desainer memperlihatkan bentuk kota yang menjanjikan. Satu kota nantinya terdiri dari beberapa bagian yang terbagi atas beberapa fasilitas, seperti pertanian, kesehatan, pembangkit listrik, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar